Diari Haji 1438 H

: Berhaji dari Belanda, Mungkinkah?

Alhamdulillah, dengan izin-Nya, semua mungkin. Dan dibuat mudah oleh-Nya, dibukakan pintu dan jalan keluar dari sisi-Nya.

Caturwulan akhir 2014 saya hijrah ke Belanda, menemani suami yang akan melanjutkan studi doktoral. Saat itu, kami masih keluarga muda yang baru menikah kurang dari setahun. Ditambah kondisi saya hamil tua, usia 28 minggu, ketika berangkat ke negeri ini. Yang menarik, kami hijrah dengan beban hutang yang sangat berat. Bukan persoalan kepada siapa kami berhutang, tapi bagaimana kalau kami mati tanpa lunas hutang.

Maka saat itu kami memulai lembaran hidup baru dengan sebuah optimisme: kami bisa melunasi hutang dan bisa menunaikan ibadah haji.

Tapi ternyata pengeluaran tak terduga banyak sekali, terutama karena kami baru saja memiliki bayi di rantau. Apalagi saat kami tiba, kami belum mengenal banyak keluarga Indonesia, sehingga hampir 90% kebutuhan dan kegiatan parenting kami tanggung berdua.

 

Hingga akhirnya Allah membuka pintu Rizki-Nya melalui saya. Lamaran kerja saya diterima. Harapan baru itu muncul, kami bisa mulai menabung. Tapi ujian lain datang. Mulai dari urusan kontrak rumah yang dipersulit, ada hajatan pernikahan di Indonesia (yang mengharuskan kami merelakan tabungan), musibah yang menimpa keluarga (dan kami juga harus ikut patungan meringankan beban), dan tentunya membayar hutang.

Sebagai manusia yang lemah tentu kami pernah hampir putus asa. Dari mulai dianggap pelit dan sering telat bayar ini itu, sampai harus menerima sindiran dari berbagai suara. Tapi di sisi lain, kami tahu, Allah tidak tidur. Dia Mahateliti dan Penyantun. Dia mengikuti prasangka hamba-Nya.

Maka kami mengencangkan ikat pinggang, meluruskan niat, dan mengokohkan tekad. Seluruh proses ini jadi pelajaran berharga bagi kami. Terutama dalam mengendalikan pikiran dan prasangka baik kepada Allah, diri sendiri, maupun orang lain. (iya kan, karena kita nggak pernah tahu apa yang disembunyikan di balik setiap senyuman saudara kita).

Alhamdulillah, berkat hidayah dan rizki berupa informasi sana sini, kami bisa melaksanakan ibadah ini.

Tulisan ini adalah bentuk rasa syukur kepada Allah. Saya ingin kaum muslim yang berada di luar Indonesia bisa juga memenuhi panggilan-Nya dan dimampukan oleh Allah. Berikut ini isi dari page tentang ibadah haji kami tahun 1438 H.

 

  1. Persiapan Haji berupa dokumen dan perkenalan singkat tentang agen travel haji dari Belanda
  2. Persiapan Haji berupa Fisik
  3. Persiapan Haji berupa logistik
  4. Persiapan Haji berupa Ruhiyah
  5. Persiapan Haji: wasiat, warisan dan penitipan anak
  6. Perbedaan haji dari Indonesia dan Belanda
  7. Mentality Building
  8. Ritual Haji
  9. Madinah dan Nabawi, Pesona Sejarah Rasulullah
  10. Indikator Haji Mabrur
  11. bonus : Berhaji bersama Anak, apakah mungkin?

Demikianlah yang bisa saya bagikan. Seluruh informasi berasal dari pengalaman pribadi (kecuali yang no.11). Saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh rekan jamaah haji yang silaturahminya luar biasa kompak, dan para guru dan pembimbing haji kami.

Pak Said, Pak Aziz, Pak Win, Ustadz Fathan dan Ustadz Saddam yang jadi sahabat kami selama di tanah suci.

 

Jazakumullah khayran katsiran

signature yosay aulia blog