Topik keuangan pribadi (baca: masalah finansial) seringkali jadi topik yang hangat, sekaligus tabu di kalangan masyarakat Indonesia. Alasannya macam-macam. Menurut saya karena di era ini seluruh kebutuhan mulai dari primer hingga gaya hidup, mulai dari yang darurat, segera, hingga jangka panjang, membutuhkan dana. Tapi di sisi lain banyak yang enggan mengakui bahwa kondisi keuangannya belum sehat.
Nah, saya termasuk golongan manusia yang hampir terlambat memahami pentingnya berinvestasi. Secara pribadi saya ini cukup disiplin dalam menabung dan cukup jelas dalam menetapkan target finansial. Tapi, instrumen yang saya gunakan masih dalam bentuk tabungan. Saya tahu pentingnya berinvestasi, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Di situlah letak masalahnya.
Sehingga, saya sering:
- Serba salah kalau ada patungan atau dana sosial yang harus dikeluarkan. (bingung harus ngeluarin berapa, kebanyakan takut salah, kurang dikira pelit)
- Latah dengan iklan diskon yang menggiurkan dan gaya hidup barang bermerk terkenal
- Pusing dengan kebutuhan yang pengeluarannya cukup besar.
- Merasa terpancing ikut-ikutan beli suatu barang atau mainan anak karena melihat orang lain punya hal itu.
- Pernah nggak punya dana darurat (ini yg paling parah)
Pernah mengalami hal yang sama? Tenang, masih bisa diatasi kok 🙂
Jadi Harus Bagimana? Sehatkan Finansialmu!
Sekali lagi, saya bukan certified financial adviser yaa… Jadi yang saya bagikan kali ini murni pengalaman dan pemahaman pribadi.
Menurut berbagai ahli finansial, ada beberapa indikator keuangan sehat (dan berhasil saya lakukan):
- Memiliki dana darurat
- Bebas hutang konsumtif
- Mampu mengelola gaya hidup (disiplin dalam budgetting)
- (Memiliki portofolio investasi)
Nah, setelah finansial kita sehat (yang utama poin 1-3), barulah kita memulai berinvestasi.
Investasi: Karena Nabung aja nggak Cukup!
Investasi adalah metode menabung yang bisa melawan monster inflasi. Inflasi tuh artian gampangnya penurunan nilai mata uang. Jadi misalnya tahun 1995 semangkok bakso harganya 1000 rupiah, tahun 2015 harganya bisa 10.000 rupiah. Artinya pada tahun 2015 nilai nominal 1000 rupiah lebih rendah daripada saat tahun 1995. Istilah kasarnya, kalau dulu kita bisa jajan 1000 rupiah dengan makmur jaman sekarang 1000 rupiah “hampir gak bernilai”.
Menurut Bank Indonesia, laju inflasi tahunan di Indonesia sekitar 3-4% per tahun.
Jadi misalnya kita punya tabungan 100 juta, kalau hanya disimpan di tabungan, laju pertumbuhannya akan tergerus oleh laju inflasi itu.
Nah, masalahnya laju inflasi sembako, harga rumah, dan dana pendidikan tuh beda-beda. Laju inflasi dana pendidikan di kota besar bisa sampai 20% per tahun lho. Tabel berikut laju inflasi per kategori di Indonesia, diperoleh dari web ini.
Intinya, menurut pemahaman saya, kalau pos dana darurat sudah terisi penuh, maka sebaiknya investasikan dana tabungan kita. Karena :
- Dana kita tidak termakan inflasi, bahkan bisa berkembang
- Harta kita bisa bermanfaat memutar perekonomian
- Bisa membantu kaum yang lebih membutuhkan (misalnya berinvestasi dengan instrument surat utang negara bisa membantu pembangunan sekolah di daerah terpencil)

Yuk Mulai Berinvestasi!
Menurut pengalaman saya, ternyata semangat berinvestasi itu justru dimulai dari tujuan (goal) apa yang ingin dicapai dalam rentang waktu tertentu.
Caranya?
- Tetapkan tujuan. Tujuan yang perlu dicapai dan butuh biaya (lumayan banyak) untuk mencapainya. Contoh gampangnya: dana pendidikan anak, beli rumah, naik haji, atau ingin buka usaha.
- Tetapkan/ prediksikan jangka waktu untuk mencapainya. Misalnya bercita-cita beli rumah seharga 1M tahun 2025 dengan cash. Nah, berarti kita butuh waktu 6-7 tahun sejak tahun 2018/2019.
- Pelajari cara investasi yang tepat, karena nabung aja nggak akan cukup. Contohnya untuk kasus beli rumah, kita juga perlu berstrategi dalam berinvestasi. Apakah dengan menabung emas selama 7 tahun atau menggunakan reksadana.
Instrumen investasi yang bisa dipilih
Investasi ini sifatnya high risk high return. Biasanya yang high risk ini butuh waktu tersendiri untuk belajar otodidak apalagi kalau background pendidikannya bukan ekonomi atau bisnis (seperti saya :”).
Sebagai kaum milenial yang sedang dalam fase keuangan berkembang (belum settled) dan masih membangun kehidupan bersama keluarga kecil, saya memilih instrumen investasi yang cukup mudah dipelajari. Alasan kemudahan jadi syarat utama karena di saat bersamaan saya masih harus menuntaskan ini itu kebutuhan keluarga dan anak yang masih kecil. Jadi, investasi yang tidak terlalu repot tidak menyita banyak waktu. Nah, ketika anak mulai bersekolah, saya memberanikan diri untuk menjalankan investasi yang high risk.
Saat ini saya berinvestasi dengan reksadana dan surat hutang negara (Sukuk Tabungan-02). Alasannya karena relatif aman dengan return masih bisa melawan inflasi (saya tipe investor moderat).
Reksadana itu apa sih?
Gampangnya, reksadana adalah penanaman modal (dana) di beberapa saham. Misalnya saya menanam modal 10 juta, nah penanamannya akan disebar di beberapa saham. Saham X 3 juta, saham Y 6 juta, dan saham Z 1 juta. Nah penanaman, komposisi saham apa dan berapa persentasenya ini dilakukan oleh manajer investasi. Kepada manajer investasi inilah dana itu saya percayakan.
Intinya, kalau kita berinvestasi langsung di saham kita jadi manajer investasi diri sendiri. Kalau di reksadana, kita minta tolong manajer investasi untuk menanamkan modal kita.
Sekedar saran, pelajari portofolio dan komposisi saham yang ditanmkan oleh manajer investasi kita. Agar kita tahu kemana dana itu diputarkan.
Ohiya, satu lagi alasan kenapa saya pilih reksadana. Karena cara membeli reksadana ini mudah banget. Seperti milih barang di online shop. Beneran deh. Ada beberapa marketplace yang jual reksadana, seperti bukareksa (dari bukalapak).
Kelebihan membeli reksadana dari bukareksa: satu akun untuk semua dan tampilannya ramah. Akun bukalapak yang sangat mudah membuatnya bisa dipakai untuk belanja online shop seperti biasa sekaligus investasi reksadana. Buat saya ini menguntungkan, karena pas mau belanja, eh jadi pengen ngintip pertumbuhan investasi dulu. Jadi hasrat belanja konsumtifnya bisa dialihkan ke investasi :). Tampilannya yang ramah dan bisa langsung cek portofolio membuat kita bisa memonitor pertumbuhan modal kita secara berkala. Asik ya. Coba intip ke tautan ini deh https://www.bukalapak.com/bukareksa/landing.
Nah, kalau mau belajar otodidak sekilas tentang prospek investasi di reksadana, buka ini deh, https://review.bukalapak.com/c/finance supaya lebih kebayang :). Karena Bukareksa ini diawasi oleh OJK dan bekerja sama dengan beberapa e-commerce reksadana yang terpercaya. Jadi, tak perlu khawatir 🙂
Kalau Surat Utang Negara?
Latar belakangnya, negara kita mengajak kita untuk berpartisipasi mendanai pembangunan. Nah caranya dengan memberikan hutang ke negara. Alasan saya memilih ini? Supaya negara kita nggak mengemis ke pihak asing, so lebih baik kan kalau kita turut membantu negara jadi pahlawan investasi.
Dana yang kita pinjamkan ini dicatat dengan surat utang. Dana itu akan dikembalikan dalam kurun waktu tertentu, misalnya 2 tahun, dengan bagi hasil keuntungan tertentu. Jangan khawatir, return nya akan lebih tinggi daripada laju inflasi rata-rata kok. Jadi insyaallah untung dan menguntungkan J
Jadi, udah Yakin kan Mau Berinvestasi?
Lebih baik puasa nge-mall atau diet kopi cantic selama setahun agar bisa berinvestasi daripada kita tidak punya dana darurat atau bingung bayar sekolah anak kan?
Jangan sampai status prioritas saat ini, kelak jadi emergency hanya karena kita mementingkan gaya hidup kini 🙂
Regards,
Menarik nih mbak yos, dan aku masih yg ‘paham harus nginvest, tp blm ada modal bnyk untuk nginvestnya’. Hoho..
LikeLiked by 1 person
menurut prita ghozie, bisa dg cara nabung kecil per hari. misal 5euro. diakumulasi sebulan. nah tiap bulan itu bs mulai inves di reksadana atau nabung utk beli emas. klo pengalaman ku, klo udh ada goal nya bs lebih semangat mbak ghina hihi
LikeLike
Waaaah bisa dicoba nih mbak.. Kok aku ga tau ya yg kata prita ghozie ttg nabung itu, tahunya yg heboh nabung 20 rebu tiap hari itu. Hehe
LikeLike
oooooooohhh iya yg dulu ya.. prinsip nya sama kok, tp diinvestasikan aja bukan ditabung hehe
LikeLike
Aiiih cucmey nih tulisannya..
Betul banget mbak, investasi itu penting sekali untuk masa depan kita sendiri.
Biasanya masalah gaya hidup sering tabrakan dengan niat seseorang untuk berinvestasi.
Kalau saya sih lebih suka invest ke tanah atau bangunan. Karena tanah semakin tahun semakin muwahal.
Tapi ya itu beli tanah atau bangunan juga bikin sesak napas, hahaha.
Tapi tak ada yg tak mungkin kalau kt mikirnya jangka panjang 😉
LikeLiked by 1 person
bener mbak… dr inves yg kecil2 kalo dikumpulin bs buat beli tanah kok hahaha
LikeLike
Waaah mbak Yosiii makasih artikelnyaaa. Pas bgt emang resolusi 2019 pengen lebih bener ngatur keuangannya. Jd dpt pencerahan nih dari artikel mbak yosiii 😊
LikeLiked by 1 person
bismillah semoga tahun depan bs lbh sehat lg ya keuangan kitaaaa
LikeLike
Aku sama suami masih mikir nih buat dana investasi dikemanain. Dlu sih ke emas. Tp stlah di amrik ga tau mau beli dmna dan mikirnya pas pulang ntar gmn bawa emasnya (kaya hu uu bakal bawa banyak aja yaks😂). Boleh jg nih ku pelajari bukareksa ini … makasi infonya kk 😘😘😘😘
LikeLiked by 1 person
recommended ceu pk reksadana… gausah pusing klo buat newbie heheh
LikeLike
Haihai…soal inves ya semua udah dicoba…haha…tapi dikit²…
LikeLike
klo kata para pakar yg penting konsisten bu hihi…
LikeLike
Artikel yg useful banget buat orang2 yg awam investasi seperti saya.
Makasih banyak mba yosi!
LikeLiked by 1 person
sama2 🙂 semoga bermanfaat yaa
LikeLike
Kemarin mau beli reksadana lewat bukalapak. Tapi gagal karena harus punya nomor handphone indo 😦
LikeLiked by 1 person
aku ngakalin pinjem punya adikku hehehhhehehe… jd tiap mau beli kudu janjian dulu sm dia
LikeLike
Menarik tulisannya mba yosay. Memang harus konsisten ya walaupun sedikit2. Mempelajari reksanada seru juga ya ternyata, kami lagi belajar polanya buat jual beli hehe
LikeLiked by 1 person
iya ternyata seru juga. kayak belajar baking. 😂. belum berani jual nh, sejauh ini msh memantau dl aja. makasih banyak ya udh mampir
LikeLike
Sebuah narasi yang menarik yang mengajak Anda semua untuk memahami investasi dan lika-likunya; juga mengingatkan akan pentingnya investasi untuk dimulai sejak dini, terimakasih teh Yosi! 😉
LikeLiked by 1 person
terima kasih mas salva sudah berkunjung, semoga keuangan dan kesehatan kita selalu baik ya ☺
LikeLike
Wah bagus sekali ini artikelnya. Cuma masih bingung jika lokasi kita di luar negeri, apa masih tetap bisa berinvestasi?
Terimakasih teh Yosi atas infonya. Semoga sukses selalu yaaaaa!!!
LikeLiked by 1 person
terima kasih yusran. pertanyaannya bagus sekali. awalnya saya jg ragu. tapi ternyata bisa, apalagi reksadana ini sangat fleksibel. menabung untuk dana darurat juga bisa dr luar indonesia 🙂
LikeLike
Mencerahkan sekali artikelnya Mba Yossie,
Buat saya yang masih belajar memperbaiki manajemen finansial keluarga, ini pas banget, semoga saya lekas pandai, supaya banyak impian lekas teraih
LikeLiked by 1 person
makasih banyak mbak henny… untuk keluarga kecil yg baru tumbuh emang perjuangan banget ya mulai inves, tapi insyaaallah layak diperjuangkan demi masa depan
LikeLike