Assalamualaikum,
To the point aja ya postingan kali ini.
Setidaknya ada 3 parameter utama apakah haji seseorang itu mabrur atau tidak.
- Menjadi sumber keselamatan
- Meninggalkan kebiasaan buruk dan meningkatkan (Jumlah dan kualitas) kebiasaan baik
- Semakin sering memberi makan orang yang membutuhkan (kepedulian sosial/ kebermanfaatan sosial meningkat)
Mabrur sendiri bermakna menjadi makin baik; terpelihara kebaikannya. Diambil dari kata Birr yang artinya baik. Saya pernah denger kajian juga sih ada tingkatan ihsan dan birr dan keduanya memiliki definisi yang berbeda. Tapi sayangnya saya lupa heheh.
Bagaimana dengan Haji Kita?
Di postingan tentang persiapan ruhiyah, saya menyampaikan pentingnya evaluasi diri dan menetapkan tujuan. Evaluasi diri berguna agar kita tak kembali pada keburukan yang dulu sering kita lakukan. Tujuan perlu ditetapkan agar kita semakin termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri.
Maka, sebelum melakukan ibadah haji, persiapkan sebaik-baiknya ruhiyah kita. Karena itulah yang akan jadi bahan bakar semangat kehambaan kita bahkan setelah kembali ke rutinitas kehidupan pasca haji.
Bagaimana dengan Saya?
Evaluasi dan tujuan yang saya tulis ini banyak membantu saya dalam mengarahkan hidup, memanfaatkan waktu dan amanah, serta memfokuskan energi. Karena ditulis, semua target dan evaluasi itu benar-benar tertanam di benak saya. Benar-benar menunjukkan dan jadi reminder kapanpun dan dimanapun saya melangkah. Alhamdulillah. So, I recommend this method very much.
Menjauhi ghibah. Itulah salah satu goal saya. Sebab ini kegiatan yang udah fix banget banyak jeleknya daripada bagusnya.
- Rugi, karena semua kebaikan kita ditransfer ke orang yang dighibahin. Sayang banget kan ya capek capek nahan laper pas puasa, atau capek bangun tahajud tiap malem, atau ngantuk ke masjid subuhan tapi pahalanya ditransfer buat orang yang dalam hal ini kurang kita sukai perangainya
- Menciptakan kebencian di hati orang lain
- Buang-buang waktu, tenaga, dan pikiran. Ngomongin orang tuh (apalagi kalau berjamaah) bikin makin cape hati tapi waktunya ngalir bahkan menyublim entah jadi apa tanpa dilalui dengan sebuah kebaikan.
Apakah Harus Haji dulu untuk Berubah Jadi Baik?
Setiap habis shalat fardhu, setiap hari jumat, setiap Ramadhan, dan setiap umroh/haji adalah milestone yang sudah difasilitasi Allah untuk mengevaluasi diri. Mungkin timeframe yang kecil itu bisa jadi sarana pemantasan diri kita untuk diundang Allah ke rumah-Nya demi perubahan baik yang luar biasa. Misal dengan berlatih bikin target Ramadhan atau target ibadah mingguan.
Yang pasti, kalau kita tidak lebih baik dari masa lalu kita adalah golongan yang merugi.
Wallahua’lam
Regards,
sumber:
http://www.nu.or.id/post/read/80706/tiga-ciri-haji-mabrur-menurut-rasulullah-saw
https://muslim.or.id/1891-tanda-tanda-haji-mabrur.html
Duh jleeb sekali. Doakan kami ya mba yosay semoga diberi rezeki untuk berhaji pula 🙂
LikeLike
Aamiinn…. insyaaallah akan ada waktunya
LikeLike