Ini postingan lama. Tahun 2012. Ditulis di blog lama di bulan-bulan awal tinggal di Eropa. Tepatnya di Gent, Belgia. Masih mencari-cari pola hidup yang pas, masih meraba-raba cara bergaul yang tepat. Tapi yang pasti, saya berangkat ke sini bukan untuk main-main. Bukan untuk berfoya-foya. Setiap sen pengeluaran dan setiap detik keputusan yang diambil adalah untuk bisa dipertanggung jawabkan di Hari Akhir. Adalah untuk bisa dikembalikan ke tanah tumpah darah.
Bagi saya, laki-laki atau perempuan, sama-sama memiliki hak dan kewajiban untuk berkontribusi bagi masyarakatnya. Ada yang di level keluarga, ada yang lebih dari itu. Yang pasti, konsep pernikahan bagi saya adalah bagai sepasang sayap. Dan keluarga adalah driving force jam terbangnya. Bukan untuk wanita atau pria saja. Tapi juga untuk keluarga dan keturunannya kelak.
Enjoy my writing in 2012. ketika galau takut sekolah ketinggian, untung ada yang mau sama aku. meskipun kecantikanku diragukan temen sendiri. (gak papa yang penting suami nggak ragu wkwkwk).
.
Saya tidak tahu apa yang ada di benak para lelaki ketika melihat seorang perempuan yang memiliki banyak cita-cita, memiliki rencana hidup yang terorganisasi dengan baik, memiliki banyak minat dan passion, memiliki determinasi yang jelas tentang cita-cita dan impiannya, serta berani membayar mahal impiannya.
Saya tidak pernah tahu, dan memutuskan untuk tidak perlu tahu.
Yang saya tahu, saya seperti itu. Dan saya punya alasan yang sangat kuat mengenai hal itu.
Pertama.
Saya ingin orang tua saya bahagia sebab saya menjadi wujud dari nilai-nilai yang mereka tanamkan. Well, saya tahu kasih sayang dan bakti seorang anak tidak akan pernah bisa membayar kasih sayang mereka. Tapi saya juga tahu, ridho-Nya terletak pada keridhoan orang tua. Dan, alhamdulillah mereka meridhoi saya atas apa yang saya lakukan saat ini. Saya hanya ingin mereka tidak merasa sia-sia dalam mendidik saya, sebab saya tahu kelahiran saya adalah salah satu episode tersulit dalam kehidupan orang tua saya. Saya hanya ingin membayarnya, meskipun tidak akan bisa setara.
Kedua.
Saya ingin menjadi contoh nyata bagi anak-anak saya kelak. Ketika kelak saya bercerita tentang nilai manfaat seorang manusia (baca : khususnya perempuan), apa yang telah saya perbuat, bagaimana saya melalui semua proses pertumbuhan yang tidak nyaman, dan kekonyolan apa saja yang pernah terjadi. Saya ingin menceritakannya secara hidup, saya ingin menjadi contoh nyata bagi anak-anak saya kelak. Supaya mereka tidak kehilangan identitas, supaya mereka tidak perlu mencari atau (kelak) menyalahkan teladan yang salah. Biarkan mereka belajar dari kesalahan saya (sebagai manusia) tapi saya akan pastikan itu hanya dari saya (dan suami saya kelak). Bukan sinetron, games kekerasan, frase sarkastik teman sepermainan, atau bacaan lampu merah.
Maka, bila saat ini saya terkesan determinatif terhadap keputusan mengenai apa yang akan saya ambil atau saya tinggalkan, itu semua demi anak-anak saya kelak. Bekal terkuat saya adalah keyakinan dan doa orangtua saya.
Saya selalu percaya bahwa impian saya akan terwujud dengan ijin-Nya, sejauh kepantasan diri saya bagi impian itu.
Saya yakin, ada banyak perempuan yang lebih hebat daripada saya, yang usianya jauh lebih muda daripada saya. Dan, bisa jadi mereka memiliki niat mulia selain untuk pencapaian pribadi. Saya juga yakin, niat mulia mereka (dalam berbagai bidang pencapaian) menjadi energi besar sekaligus jalan rahmat-Nya dalam membantu pencapaian mereka. Pencapaian besar bukan hanya egoisme pribadi, ia menjadi besar karena dapat memberi manfaat bagi sebanyak-banyaknya mahluk. Rahmatan lil alamin.
Kepada para lelaki, kalian tidak perlu merasa takut atau minder. Justru carilah perempuan yang seperti itu. Mereka berkarakter dan akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak kalian kelak. Sebab hak pertama seorang anak terhadap ayahnya adalah ibu yang baik (Umar bin Khattab). Jadi, apa yang perlu dilakukan ? memantaskan diri. Memantaskan diri untuk dapat dianugerahi sebaik-baiknya teman hidup dunia akhirat. Sebab sebenarnya jodoh dibentuk melalui kepribadian masing-masing diri secara tidak langsung (Annur : 26).
Sebab menjadi perempuan itu harus gesit, karena ia mengurus banyak hal (mama) dan perempuan itu gak cuma lucu (tere liye).
#cttgent
Regards,
Like this:
Like Loading...
Related
halo Risya. interesting nh komennya.. makasih banyak ya.. coba kita komunikasi via email aja supaya lbh leluasa. email aku yosi.ayu10@gmail.com
LikeLike
waalaikumsalam maap lupa jawab ☺️
LikeLike