Peran

Beberapa waktu terakhir ini saya seperti disadarkan lagi tentang misi hidup terpendam. Lagi-lagi, semesta seperti berkonspirasi menciptakan serendipity tersendiri khusus bagi saya. Bingung gak? Begini, kita mundur dulu ke 10 tahun lalu.

2008.

Adalah saya mahasiswa tingkat dua yang walaupun kebanyakan main, tapi mikirnya suka kemana-mana. Ketuaan kalo kata temen-temen saya. Saat itu pikiran saya seperti terasuki sebuah nilai: kesempatan kuliah di perguruan tinggi terbaik negeri ini bukanlah sebuah tanggung jawab kecil. Kata om-nya Spiderman, di balik kekuatan besar, ada tanggung jawab (sosial) yang menanti. Bisikan itu seperti menghantui kepala saya dan terus-menerus meneriaki: what are you gonna do with your knowledge? Have you ever seen the people need your help? You have the power to do that. Help people!

That voice, was not only ruining myself, but also an awakening alarm to my life. To what I was doing at that time being. Then I started to ask my self, my best friends, and people around me. What are the purpose of their life. I tried to find the answer within the activities we did as mahasiswa.

Setelah menggalau sana sini tak berkesudahan, saya menemukan jawabannya di keluarga saya. My father always told me to be the most beneficial person on earth. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Nasehat turun temurun dari jaman kakek moyang (I do seriously on what I am saying). Lalu saya mikir lagi, gimana caranya?

 

Iya, gimana caranya supaya bisa jadi bermanfaat bagi sesama. Pinter aja? Gak cukup. I have so many genius friends who turn in to a nerd and selfish person. No, I don’t wanna be that kind of person. Gaul? Iya, iya sih. Orang yang pandai bergaul setidaknya punya keterampilan memahami kondisi dan melakukan pertolongan yang tepat sasaran. Temennya banyak, kemana-mana gak akan kesepian. But is that enough? I don’t think so. Beberapa temen juga banyak yang gaul tapi entah jadi salah gaul atau pas mereka butuh atau mereka dibutuhkan malah gak ada. Intinya keberadaannya gak tepat sasaran dan bermanfaat. Trus ketemulah saya dengan beberapa sosok yang ajaib.

Mereka sederhana, gak neko-neko, gak hidup mewah, tapi manfaat kehidupannya luar biasa. Selalu ada setiap teman lainnya butuh pertolongan, selalu sigap, punya kompetensi, dan hati yang penuh empati. The third point is the glue which unify the other parts.

Di semester yang sama dengan momen perenungan itu, saya harus menghadapi perwalian dengan dosen wali. Ketika perwalian, saya curhat. Curhat tentang prestasi akademis yang nggak jelek sih, tapi nggak memuaskan untuk saya. Lalu beliau dengan anggun dan elegan berkata, “Pinter itu perlu, tapi yang lebih penting EQ nya bagus”. Kemudian kepala saya terasa ada yang ngejitak dari langit. (Oh iya! Kemana aja baru nyadar lagi).

 

Maka sejak momen perwalian itu, saya melakukan perenungan yang dalam dan melontarkan pertanyaan yang berat kepada teman-teman saya. Intinya saya nyari inspirasi tentang tujuan hidup. Setelah malang melintang, maka diambillah 3 keputusan besar di masa akhir perkuliahan saya:

  1. Saya fokus melanjutkan S-2 dan akan mendalami ilmu pangan. Ketika orang-orang sibuk apply kerja, saya sibuk apply menyiapkan diri untuk beasiswa
  2. I finish the relationship with Mr. X. dari sekian banyak alasan, the most powerful reason is our life purpose doesn’t have any meeting point.
  3. I will do something with my knowledge for the society wherever I live, partly in Indonesia. I will only marry person whose the life purpose I can support and he also can support mine.

Anyway, terlepas beberapa kesempatan yang terpakasa saya lepas (dan saya nyesel banget ngelepas itu), kemarin saya diingatkan untuk bersyukur dan kembali ke alasan hidup saya.

ikigai-japanese-philosophy
Ikigai, konsep life purpose ala Jepang. Bukunya juga bagus (lagi setengah baca)

2018.

Semesta berkonspirasi melalui sebuah kajian yang mengingatkan lagi tentang misi hidup saya. Saya diingatkan tentang peringkat kemuliaan manusia berdasarkan Hadits Rasulullah. Jadi menurut Rasulullah, peringkat manusia terbaik itu secara umum dilihat dari kebermanfaatannya bagi sesama.

  1. Bermanfaat bagi manusia
  2. Umur panjang dalam amal shalih
  3. Mempelajari dan mengajarkan Alquran
  4. Menjaga lisan dan tangan
  5. Yang terbaik dalam menyelesaikan hutang
  6. Yang terbaik akhlaqnya
  7. Yang terbaik kepada keluarganya
  8. Yang suka berbagi makanan kepada sesame
  9. Yang kehadirannya diharapkan, saat tiada dirindukan

Membahas manusia peringkat 1, modal utamanya adalah kompetensi dan kontribusi. Pembahasannya sudah ada di awal tulisan ini, dan di tulisan saya yang lain.

Sepulang ke rumah, saya membahas tema kajian ini bersama suami. Dengan sebuah pertanyaan: cita-cita hidup kamu apa?

Well. Bukannya saya nggak tahu ya. Tapi saya mau memastikan dan membantunya mewujudkannya dalam bentuk yang lebih nyata. Karena dari dulu sampe sekarang progressnya masih belum menggembirakan sih menurut saya, masih terlalu abstrak.

Tapi ada satu pembicaraan yang saya syukuri. Yakni ketika suami balik bertanya tentang cita-cita hidup saya. Dan saat mendengar jawabannya, dia berkata, “Itu bagus sekali. Kamu tahu apa yang membuatku mau menikahimu, karena kamu memiliki impian yang besar. Dan kamu berbuat ke arah sana untuk mewujudkannya”.

Demi mendengar dua kalimat terakhir, airmata saya langsung netes. Mohon maap lebay.

But I think, jaman sekarang, menikahi wanita bukan hanya menikahi keluarganya. Tapi juga, impiannya. Dan ia bersedia mendukung itu.

.

At the other side of my feminime ego. I feel so appreciated. Karena suatu kali saya dibercandain oleh salah seorang teman, “Ih, emangnya kamu cantik Yos?”

Ketika mendengarnya saya hanya bisa menelan kata-katanya. Dan berpkir, saya pernah dosa nih pasti ampe dibilangin gini sama temen sendiri. Setiap kali mengingat momen itu, level percaya diri saya langsung merosot tajam bagaikan fase kematian pertumbuhan mikroba. Karena di sisi lain, temen saya yang ngeledekin saya itu emang berhidung mancung, kulitnya cerah, dan matanya berkilau. Nggak diapa-apain juga udah menarik. Tapi saya harus berterima kasih sama beliau yang udah mengingatkan saya untuk lebih berhati-hati dalam bercanda.

.

Anyway.

Postingan kali ini sebenernya kontemplasi aja sih. Bahwa kemuliaan manusia itu terletak pada kontribusinya pada sesama manusia. Wajah yang cantik bisa habis tertelan usia, atau jadi sajian binatang tanah di kubur kelak. Tapi kontribusi amal jariyah yang ikhlas akan jadi panen raya di kehidupan yang abadi.

 

signature yosay aulia blog

2 thoughts on “Peran

  1. wah.. terimakasih mbak yosay tuisannya sangat menggugah, aku baru pindah ke amsterdam 1 bulan yang lalu, dan sekarang lagi bertanya-tanya tujuan hidupku apa.. semoaga aku bisa melakukan sesuatu yang fulfilling dan bermanfaat kedepannya.. amiiin 🙂

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s